Rencana dalam hidup bermula dari sesuatu yang bernama cita-cita. Sejak kecil, orangtua seringkali menghembuskan mimpi-mimpi yang muncul melalui dongeng sebelum tidur. Seperti keinginan menjadi orang terkenal, menikah dengan seorang pangeran tampan, berkeliling dunia, atau bahkan sekedar memiliki rumah pohon yang besar tempat persembunyian paling aman. Imajinasi yang sangat menyenangkan, bukan?
Seiring bertambahnya usia, imajinasi tersebut mulai bertransformasi menjadi sebuah impian yang lebih realistis, mendetail, dan bisa diwujudkan meski dengan usaha yang tidak biasa. Disinilah pentingnya sebuah perencanaan hidup. Apa yang ditargetkan dalam waktu 20-30 tahun ke depan harus dipersiapkan dan direncanakan dari sekarang. Masalah berubah atau tidak, yang namanya hidup dan rencana itu bersifat dinamis. Jadi, tidak ada masalah dengan perubahan dan itu bukan berarti seseorang inkonsisten dengan rencana awalnya.
Adalah Theodora, seorang permaisuri dari Kaisar Justinianus dari Romawi. Meski sang kaisar terkenal dengan karyanya Corpus Iuris Civilis atau Codex Justinianus (cara mengatur undang-undang), namun sang maharanilah yang sebenarnya paling berjasa dalam mengendalikan pemerintahan kaisar. Sosok Theodora layak dianggap sebagai pahlawan karena kesuksesannya dalam membangun Kerajaan Romawi Timur, namun alih-alih seperti Justinianus yang dikenal sebagai ‘Justinianus yang agung’, sejarah mencatatnya sebagai ‘Si Pelacur’. Ya! Theodora adalah pelacur kelas jalanan sejak berusia 14 tahun. Tapi tak ada salahnya bukan jika kita belajar dari seorang pelacur tentang kegigihan, fokus, dan membuat perencanaan yang matang untuk meraih sebuah cita-cita?
Karier Theodora meningkat dari pelacur kelas jalanan menjadi pelacur kelas menengah seiring dengan usia dan kecantikannya. Tetapi ia tak pernah puas, ia ingin menjadi wanita utama. Ambisi, kecerdasan, kelicikan, namun setia kawan, dan rendah hati adalah modalnya mencapai tujuan.
Di usia 18, ia lari dari Konstantinopel ke Cyrenaica di Afrika. Di perantauan ia menjadi istri Hecebholus, Gubernur Cyrenaica. Sempat terlibat affair lalu hamil, tertangkap basah, dan dibuang ke gurun dalam keadaan hamil. Beruntung, ia ditolong oleh seorang pengemis hingga bayinya lahir dan diadopsi oleh para biarawan. Dari situ ia berkelana ke Antiochia mencari sahabatnya, Macedonia, yang kemudian merawat dan memodali Theodora agar bisa kembali ke Konstantinopel.
Berbagai kejadian pahit membuat Theodora makin bertekad untuk mengubah nasib. Theodora menyusun rencana untuk dapat masuk ke ranjang sang pangeran Justinianus. Upaya berbuah, Theodora berhasil menjadi partner sang pangeran, meski awalnya hanya menjadi gundik!
Terhalang undang-undang yang menyatakan bahwa lelaki berdarah biru tak bileh menikah dengan pelacur, wanita jenius ini mulai membuka jalan ke istana. Ia mengajukan diri sebagai sahabat kaisar, alias om-nya pangeran. Akhirnya ia pun berhasil membujuk kaisar untuk mencabut undang-undang tersebut. Ia pun menikah dengan sang pangeran, yang kelak menjadi raja menggantikan pamannya. Apakah kita perlu mengalami perjalanan hidup seperti Theodora untuk meraih apa yang kita impikan? Tentu tidak!
Pelajaran pertama yang bisa kita ambil dari kisah Theodora adalah mengenal diri sendiri beserta potensi didalamnya. Theodora mengenal dirinya dengan baik. Ambisius, cantik, cerdas, dan supel. Ia memanfaatkan potensinya ini dengan mengembangkan dirinya, yang tercermin dalam kemampuannya berdiplomasi, mentalitas yang tinggi, gigih, fokus, dan proaktif.
Pelajaran kedua tentang cara meraih cita-cita. Kita tahu ingin jadi apa dalam 25 tahun kedepan, tetapi tidak tahu bagaimana cara meraih keinginan tersebut. Salah satu cara yang bisa kita ambil adalah belajar lewat sejarah. Masing-masing dari kita biasanya memiliki ‘seorang panutan’ dibidang yang kita geluti, yang berperan sebagai motivator dan inspirator. Perjalanan hidup seseorang tersebut dapat kita jadikan contoh. Lihat bagaimana keseharian, pemikiran, cara mereka menghadapi masalah, prinsip hidup, kedisiplinan, hingga pendidikan macam apa saja yang mereka tempuh. Analisis itu semua dan terapkan dalam rencana kita sampai akhirnya kita menemukan cara seperti apa yang kita butuhkan.
Terakhir, umumnya perjalanan hidup orang besar penuh dengan pengalaman pahit. Dengan mempelajari sejarah, ketersediaan informasi yang tak terbatas, dan keyakinan pada Allah, hal-hal buruk yang pernah terjadi pada para pelaku sejarah tersebut bisa kita hindari. Sehingga kita bisa lebih matang mempersiapkan diri untuk menyambut cita-cita di masa depan. Selamat menemukan potensi diri! Selamat bercita-cita. Selamat merencanakan imajinasi menjadi kenyataan.
“Lebih baik memiliki perencanaan dalam hidup, daripada tidak memilikinya sama sekali.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar