Hidup adalah pilihan, dan sebuah pilihan selalu punya resiko. Sebesar apa resiko dari sebuah pilihan adalah relatif, tidak bisa terukur namun hanya bisa dirasakan. Dan rasa yang muncul sangat bergantung dengan karakter sipemilih. Semakin beragam karakter dalam diri tentu saja menimbulkan rasa yang juga beragam, namun alangkah anehnya bila ada seseorang yang memiliki jiwa dan karakter yang beragam serta tidak konsisten ? Manusia apa ya namanya ???
Jangan pernah memilih sesuatu bila kita tidak ingin menanggung resiko di baliknya, utamanya memilih sesuatu dengan kondisi jiwa yang lagi tidak stabil, apakah sekedar ikutan, asal kompakan, solideran tanpa makna atau hanya ingin dipuji atau dengan kata kerennya lagi "pencitraan diri" ?
Sekali layar terkembang, pantang biduk surut ke pantai. Dalam karakter orang Bugis-Makassar, pepatah ini sepadan dengan makna semboyan "Pantang menjilat air liur yang telah dikeluarkan" dan bagi nelayan-nelayan di kampung pantai laut selatan sana, akan "Lebih memilih tenggelam di lautan daripada harus kembali lagi ke pantai tanpa hasil..."
Namun dalam realita kehidupan saat ini, apakah masih adakah orang yang berkarakter dengan sebuah pilihan dengan segala resikonya? Seseorang yang tidak akan pernah mau menjadikan orang lain sebagai perisai dirinya untuk tumbal resiko dari sebuah pilihannya?
Ada filosofi bijak dari sang maha guru, "Sebelum mengambil dan memilih sebuah keputusan, pikir dan timbanglah dengan matang manfaat dan kerugian di balik sebuah pilihan. Karena manusia bijak adalah yang se-iya ucapan dan tindakannya. Sesudahnya, tidak akan ada lagi keraguan dalam pilihanya. Resiko? hadapi dengan segala keyakinan dan ketegaran jiwa terhadap sebuah pilihan kebajikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar