Manusia bisa bermimpi apa saja, karena semua yang bisa kita khayalkan adalah sesuatu yang mungkin kita gapai. Kekuatan dan kepintaran adalah modal. Tapi tidak ada yang lebih dahsyat dari keberanian dan ketekunan
Tidak Belajar Seminggu adalah Sebuah Kebodohan.
Tidak Belajar Setahun adalah Sebuah Kemiskinan dan Kemelaratan.
Dan TIDAK BELAJAR Seumur Hidup adalah Sebuah Warisan Yang Berbahaya buat Keturunan.
Jumat, 28 November 2014
Hidup adalah ...
Hidup adalah suatu tantangan yang harus dihadapi. Perjuangan yang harus dimenangkan. Kesusahan yang harus diatasi. Rahasia yang harus digali. Tragedi yang harus dialami. Kegembiraan yang harus disebarkan. Cinta yang harus dinikmati. Tugas yang harus dilaksanakan. Romantika yang harus dirangkul. Risiko yang harus diambil. Lagu yang harus dinyanyikan. Anugerah yang harus dipergunakan. Impian yang harus diwujudkan. Perjalanan yang harus diselesaikan. Janji yang harus dipenuhi. Keindahan yang harus dikagumi. Pertanyaan yang harus dijawab. Kesempatan yang harus dipakai. Persoalan yang harus dipecahkan. Kesulitan yang harus dikalahkan. Rahmat yang harus dipelihara dan dicintai
Manfaat SENYUMAN
. Baik untuk kesehatan mental remaja
Hasil penelitian American Psychological Association menyebutkan, remaja yang bersyukur jauh lebih berbahagia.
2. Mendorong hidup lebih tenteram
Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang berpikiran positif akan mudah bersyukur.
3. Prestasi sekolah lebih baik
Anak sekolah yang bersyukur memiliki nilai lebih baik. Selain itu memiliki hubungan sosial dan kepuasan hidup yang lebih baik.
4. Lebih mampu berteman
Berdasarkan penelitian, orang yang bersyukur memiliki kepribadian yang lebih baik, mudah menolong orang.
5. Tidur lebih baik
Masalah tidur menjadi problem banyak orang yang pada akhirnya mengganggu kesehatan.
6. Memperkuat hubungan
Bersyukur atas apa yang dilakukan teman akan memperkuat hubungan di antara mereka.
7. Menyehatkan jantung
Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor kesehatan jantung ada hubungannya dengan emosi positif dan apresiasi seseorang.
8. Baik untuk moral tim
Penelitian menyebutkan, atlet cenderung lebih mudah terbakar emosinya, tetapi akan mengalami kepuasan hidup lebih tinggi jika bersyukur dan kepuasan itu akan merembet ke anggota timnya.
9. Berhubungan dengan sistem imun
Bersyukur berhubungan dengan sikap optimisme. Pada gilirannya sikap optimis itu akan membangun daya tahan tubuh (imunitas) yang lebih baik.
10. Melindungi diri dari emosi negatif dan kurang kontrol
Penelitian menunjukkan bahwa peristiwa negatif dapat meningkatkan rasa syukur dan rasa syukur dapat membantu meningkatkan perasaan memiliki dan menurunkan stres.
Hasil penelitian American Psychological Association menyebutkan, remaja yang bersyukur jauh lebih berbahagia.
2. Mendorong hidup lebih tenteram
Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang berpikiran positif akan mudah bersyukur.
3. Prestasi sekolah lebih baik
Anak sekolah yang bersyukur memiliki nilai lebih baik. Selain itu memiliki hubungan sosial dan kepuasan hidup yang lebih baik.
4. Lebih mampu berteman
Berdasarkan penelitian, orang yang bersyukur memiliki kepribadian yang lebih baik, mudah menolong orang.
5. Tidur lebih baik
Masalah tidur menjadi problem banyak orang yang pada akhirnya mengganggu kesehatan.
6. Memperkuat hubungan
Bersyukur atas apa yang dilakukan teman akan memperkuat hubungan di antara mereka.
7. Menyehatkan jantung
Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor kesehatan jantung ada hubungannya dengan emosi positif dan apresiasi seseorang.
8. Baik untuk moral tim
Penelitian menyebutkan, atlet cenderung lebih mudah terbakar emosinya, tetapi akan mengalami kepuasan hidup lebih tinggi jika bersyukur dan kepuasan itu akan merembet ke anggota timnya.
9. Berhubungan dengan sistem imun
Bersyukur berhubungan dengan sikap optimisme. Pada gilirannya sikap optimis itu akan membangun daya tahan tubuh (imunitas) yang lebih baik.
10. Melindungi diri dari emosi negatif dan kurang kontrol
Penelitian menunjukkan bahwa peristiwa negatif dapat meningkatkan rasa syukur dan rasa syukur dapat membantu meningkatkan perasaan memiliki dan menurunkan stres.
Membuka kesadaran kita
Alkisah, ada seorang murid baru yang diperintah oleh gurunya untuk mengambil air di dekat sebuah sumur yang terletak di belakang sekolahan.
Si murid pun bergegas menuju ke belakang untuk melaksanakan tugas yang diperintahkan. Tanpa berpikir panjang atau mempelajari situasi di sekitar sana, pikiran dan langkah kakinya langsung tertuju pada sumur dan ember untuk menimba air.
“Ahaa…itu dia ember kosong dan talinya,” serunya. Dengan gembira ,dia pun mulai memegang tali dan mengayunkan ember ke dalam sumur. Tetapi sampai tali yang dipegang di tangan hampir tiba di ujung, dirasakan ember nya tetap kosong, tidak juga menyentuh air di dalam sumur. Maka dia melakukan usaha lebih keras. Tubuhnya ikut dilengkungkan ke bawah seraya matanya menatap nanar berusaha menembus kegelapan sumur sambil tangannya sibuk mengayun-ayunkan ember. Tetapi tetap saja tidak ada apa pun yang tersentuh ember di bawah sana. Panas yang terik dan usaha sepenuh hati yang dilakukan berkali-kali membuat keringat mengucur deras membasahi bajunya.
Murid itu pun mulai merasa kesal dan jengkel. Usahanya berkali-kali dan keinginannya untuk tidak menyerah tetapi tidak membawa hasil seperti yang diharapkan, membuat emosinya semakin memuncak.
Dari kejauhan, sang guru menyaksikan ulah si murid. Dengan senyum sabarnya dihampiri si murid. Melihat kedatangan gurunya, si murid segera berkata lantang, “Guru, saya sudah berusaha menimba air tetapi kelihatannya sumur ini sudah kering. Jika sumur ini tidak berair, mengapa Guru memerintahkan saya untuk mengambil air?”
Gurunya balik bertanya, "Berapa kali kamu menimba?"
Si murid menjawab dengan emosi, "Sudah berkali-kali. Lihat saja bajuku sampai basah kuyup begini!”
Sang Guru berkata lagi, "Kalau kamu merasa sumur itu kosong, mengapa harus terus menimba? Kamu marah, ya? Kemarahanmu sampai menutup kesadaran dan akal sehatmu ya?" PLAK! Kepala si murid pun dipukul oleh sang Guru.
"Lihat ke samping sumur itu, di sana ada keran air. Tinggal dibuka krannya, airpun mengalir. Guru suruh kamu mengambil air di dekat sumur, bukan menimba di sumur!"
Seketika wajah si murid merah padam... dia merasa malu sekaligus merasa begitu bodoh. Telah membuang energi dan kemarahan tidak pada tempatnya.
Sering kali kita sibuk mengumbar emosi dan kemarahan, menyalahkan orang lain dan keadaan, tanpa alasan yang jelas dan benar. Karenanya, terkadang kita perlu mendapat "kesadaran" (baik dari diri sendiri maupun orang lain) dari kebodohan dan kesalahan yang tidak bijak. Sehingga tidak perlu ada sesal di kemudian hari yang akan membebani langkah kita ke depan. Aku percaya pada diriku sendiri
Si murid pun bergegas menuju ke belakang untuk melaksanakan tugas yang diperintahkan. Tanpa berpikir panjang atau mempelajari situasi di sekitar sana, pikiran dan langkah kakinya langsung tertuju pada sumur dan ember untuk menimba air.
“Ahaa…itu dia ember kosong dan talinya,” serunya. Dengan gembira ,dia pun mulai memegang tali dan mengayunkan ember ke dalam sumur. Tetapi sampai tali yang dipegang di tangan hampir tiba di ujung, dirasakan ember nya tetap kosong, tidak juga menyentuh air di dalam sumur. Maka dia melakukan usaha lebih keras. Tubuhnya ikut dilengkungkan ke bawah seraya matanya menatap nanar berusaha menembus kegelapan sumur sambil tangannya sibuk mengayun-ayunkan ember. Tetapi tetap saja tidak ada apa pun yang tersentuh ember di bawah sana. Panas yang terik dan usaha sepenuh hati yang dilakukan berkali-kali membuat keringat mengucur deras membasahi bajunya.
Murid itu pun mulai merasa kesal dan jengkel. Usahanya berkali-kali dan keinginannya untuk tidak menyerah tetapi tidak membawa hasil seperti yang diharapkan, membuat emosinya semakin memuncak.
Dari kejauhan, sang guru menyaksikan ulah si murid. Dengan senyum sabarnya dihampiri si murid. Melihat kedatangan gurunya, si murid segera berkata lantang, “Guru, saya sudah berusaha menimba air tetapi kelihatannya sumur ini sudah kering. Jika sumur ini tidak berair, mengapa Guru memerintahkan saya untuk mengambil air?”
Gurunya balik bertanya, "Berapa kali kamu menimba?"
Si murid menjawab dengan emosi, "Sudah berkali-kali. Lihat saja bajuku sampai basah kuyup begini!”
Sang Guru berkata lagi, "Kalau kamu merasa sumur itu kosong, mengapa harus terus menimba? Kamu marah, ya? Kemarahanmu sampai menutup kesadaran dan akal sehatmu ya?" PLAK! Kepala si murid pun dipukul oleh sang Guru.
"Lihat ke samping sumur itu, di sana ada keran air. Tinggal dibuka krannya, airpun mengalir. Guru suruh kamu mengambil air di dekat sumur, bukan menimba di sumur!"
Seketika wajah si murid merah padam... dia merasa malu sekaligus merasa begitu bodoh. Telah membuang energi dan kemarahan tidak pada tempatnya.
Sering kali kita sibuk mengumbar emosi dan kemarahan, menyalahkan orang lain dan keadaan, tanpa alasan yang jelas dan benar. Karenanya, terkadang kita perlu mendapat "kesadaran" (baik dari diri sendiri maupun orang lain) dari kebodohan dan kesalahan yang tidak bijak. Sehingga tidak perlu ada sesal di kemudian hari yang akan membebani langkah kita ke depan. Aku percaya pada diriku sendiri
Keajaiban ada bila kita meyakininya
“Dari dalam hati terdalam kita, yakin nggak Tuhan itu ada?”
Ada yang jawab “Saya percaya kalo Tuhan itu ada.”
Yakin dan percaya itu dua hal yang berbeda. Sedikit ilustrasi yang mungkin seperti ini.
Suatu hari ada pertunjukan sirkus di sebuah kota yang sannggakt suka kepada sirkus, saat itu banyak sekali yang datang hanya untuk meliahat aksi terhebat pada waktu itu yaitu pertunjukan menyebrang tali menggunakan sepeda roda satu ditambah dennggakn menggendong satu orang berbobot 55 Kg. bisa dibayangkan bukan? susahnya seperti apa. Menyebrang tali ajah susah, apalagi pake sepeda roda 1, apalagi sambil nggendong orang berbobot 55Kg. Hampir tidak mungkin bukan?. Oh iya saya hampir lupa aksi ini dilakukan tanpa ada pennggakman satupun dan dilaksanakan di tempat setinggi 12 meter dari tanah.
Nah, pada saat tukang sirkus tersebut akan melakukan aksinya dia bertanya pada penonton yang hadir “ Saya yakin bisa melakukan aksi ini, siapa yang percaya?”. Penonton yang hadir waktu itu pun hanya tennggakk tengok kiri kanan sambil terdennggakr suara bergemuruh di antara mereka seraya tidak yakin bahwa dia akan berhasil. Namun, si tukang sirkus tersebut tetap melanjutkan aksinya.
Sedikit demi sedikit dia memulai aksinya menyebrang dennggakn membawa beban dan memakai sepeda roda satu nya. Perlahan sekali dia pun sampai ditennggakh, ketenggaknnggakn pun bertambah. Tali yang bergoyang goyang karena beban yang melewatinya semakin menambah ketenggaknnggakn di area penonton. Namun si tukang sirkus tersebut tenang sekali dan akhirnya pun dia bisa sampai juga di ujung tali penyebrangan.
Wah, langsung saja sorak sorai dari penonton pun bersambutan. Meriah sekali pada waktu itu. Si tukang sirkuspun bertanya lagi kepada penonton
Tukang sirkus:“Saya sudah membuktikan, saya bisa menyebrang bahkan dennggakn sannggakt mudah. Apa kalian sekarang percaya?”.
Tanpa pikir panjang pun para penontong menjawab.
Penonton: “PERCAYAAA!!!!”.
Tukang sirkus: “kalian percaya?” Tanya si tukang sirkus lagi.
Penonton: “PERCAYAAA!!!”.
Tukang sirkus:“Baiklah, percayakah kalian kalau saya bisa menyebrang ke sisi seberang dimana saya menyebrang tadi dengan sangat mudah?”
Penonton: “PERCAYAAA!!!”.
Tukang sirkus: “Oke, siapa diantara kalian yang mau saya gendong untuk menyebrang?”.
Sekali lagi keadaan bangku penonton terdiam dan hanya bisa tengok kanan kiri tanpa ada satupun yang bersedia.
Nah, sekarang sudah bisakah kalian melihat perbedaan antara yakin dan percaya?. Sekarang tanyakan sekali lagi pada diri kita masing masing “ Yakin nggak Tuhan itu ada?”.
Langganan:
Postingan (Atom)
Ketahuilah ........
Perlombaan yang paling penting dalam hidup ini, adalah berlomba melawan DIRI SENDIRI