Tidak Belajar Sehari adalah Sebuah Kesalahan.
Tidak Belajar Seminggu adalah Sebuah Kebodohan.
Tidak Belajar Setahun adalah Sebuah Kemiskinan dan Kemelaratan.
Dan TIDAK BELAJAR Seumur Hidup adalah Sebuah Warisan Yang Berbahaya buat Keturunan.

Minggu, 08 September 2013

Mau kemanakah HIDUP kita ???


Suatu kali di siang yang terik, di saat ketiganya tengah sibuk bekerja, melintaslah seorang pria tua.

"Apa yang sedang kau kerjakan ?", tanya orang tua itu kepada salah seorang dari antara mereka.

Pekerja bangunan yang pertama tanpa menoleh sedikit pun, menjawab orang tua itu dengan ketus.

"Hei orang tua, apakah matamu sudah terlalu rabun untuk melihat. Yang aku kerjakan di bawah terik matahari ini adalah pekerjaan seorang kuli biasa !!".

Orang tua itu pun tersenyum, lalu beralih kepada pekerja bangunan yang kedua, "Wahai pemuda, apakah gerangan yang sebenarnya kalian kerjakan ?"

Pekerja bangunan yang kedua itu pun menoleh. Wajahnya yang ramah tampak sedikit ragu. "Aku tidak tahu pasti, tetapi kata orang, kami sedang membuat sebuah rumah Pak", jawabnya lalu meneruskan pekerjaannya kembali.

Masih belum puas dengan jawaban pekerja yang kedua, orang tua itu pun menghampiri pekerja yang ketiga, lalu menanyakan hal yang sama kepadanya. Maka pekerja yang ketiga pun tersenyum lebar, lalu menghentikan pekerjaannya sejenak, lalu dengan wajah berseri-seri berkata.

"Bapak, kami sedang membuat sebuah istana indah yang luar biasa Pak ! Mungkin kini bentuknya belum jelas, bahkan diriku sendiri pun tidak tahu seperti apa gerangan bentuk istana ini ketika telah berdiri nanti. Tetapi aku yakin, ketika selesai, istana ini akan tampak sangat megah, dan semua orang yang melihatnya akan berdecak kagum. Jika engkau ingin tahu apa yang kukerjakan, itulah yang aku kerjakan Pak !", jelas pemuda itu dengan berapi-api.

Mendengar jawaban pekerja bangunan yang ketiga, orang tua itu sangat terharu, rupanya orang tua ini adalah pemilik istana yang sedang dikerjakan oleh ketiga pekerja bangunan itu.

Hal yang sama rupanya berlaku pula dalam hidup ini.

Sebagian besar orang tidak pernah tahu untuk apa mereka dilahirkan ke dunia. Mungkin karena telah begitu disibukkan oleh segala bentuk “perjuangan”, merasa tidak terlalu peduli dengannya. Bisa hidup saja sudah syukur.

Sebagian lagi, yang biasanya adalah tipe “pengekor” atau “me too” yaitu orang-orang yang punya pandangan yang samar-samar tentang keberadaan mereka dalam kehidupan. Sepertinya begini…kayanya begitu…kata motivator sih begono..tapi pastinya ? Don’t have idea !

Namun sisanya yaitu golongan terakhir, biasanya hanya segelintir orang- menemukan “visi” atau “jati diri” mereka di dunia ini. Mereka adalah orang-orang yang tidak hanya kebetulan lahir, sekedar hidup, bertahan agar tetap hidup, tua karena memang harus tua, kawin lagi jika ada kesempatan, lalu berharap mati dan masuk surga, namun adalah orang-orang yang hidup dalam arti yang sebenar-benarnya.

Preman motivasi

Terkadang kita perlu bersikap seperti Rusia dan Amerika, tembak dulu alasan di buat kemudian....jika memang kodisi mendesak.......

Kehidupan adalah ibarat permainan kartu domino/remi , siapa menguasai seni bermain maka dia akan menang , dan jika sedang mengalami kekalahan, kocok ulang kartu dan ulangi lagi permainan...

Kegagalan hanyalah istilah para pecundang ...ingatlah ketika si bodoh Thomas Alfa Edison mengatakan.."saya bukan gagal 2000 kali , tapi sukses mengetahui 2000 cara yang salah dan bodoh...

Jangan suka banyak menuntut dan mengeluh dengan permasalahan kehidupan sebagai cobaan dari Tuhan , karena Tuhan telah memberikan semuanya secara gratis kepadamu...dan tak ada yang memaksamu untuk tetap hidup, jika kau tak suka bisa segera ambil pisau dan bunuh dirimu ..... hidup adalah pilihan.

Menyombongkan diri sama dengan menunjukan kepada orang akan betapa bagusnya "celana dalam" yang di milikinya, dia merasa bangga dan puas , padahal orang merasa jijik mendengar, apalagi melihatnya...

Mulutmu Harimaumu

Hati Adalah Ladang. Sesungguhnya setengah perkataan itu ada yang lebih keras dari batu, lebih tajam dari tusukan jarum, lebih pahit daripada jadam, dan lebih panas daripada bara. Sesungguhnya hati adalah ladang, maka tanamlah ia dengan perkataan yang baik, karna jika tidak tumbuh semuanya (perkataan yang tidak baik), niscaya tumbuh sebahagiannya"

Kalau peribahasa "Lidah lebih tajam dari pedang" , kita akan mudah mencerna secara logis relevansi maknanya, karena orang bisa saja menggunakan perkataanya untuk mengendalikan pedang yg di pegang orang lain....

Langkah Positif ada 4

1- Mengerti "arti positif" , ini yang pertama dan terpenting, dan bukan masalah definisi yang paling benar dari kata "positif" , melainkan makna atau efek positif itu bagi diri sendiri , yang intinya : Sikap positif adalah selalu menyediakan ruang dalam pikiran untuk melihat dan memukan hal positif yang terkandung dalam semua hal, se-negatif apapun masalah itu. (di dalam negatif ada positif, di dalam buruk ada baik)

2- Berpikir positif adalah pengendalian pikiran dalam memandang suatu masalah dari berbagai sudut untuk mendapatkan nilai nilai positip. sehingga mengasilkan cara pikir positif .

3- Berkata positif adalah belajar pengendalian diri melalui ucapan ucapan yang menyenangkan didengar orang lain denga tutur bahasa yang sopan dan santun.

4- Bertindak positif adalah pengendalian diri dengan melakukan tindakan tindakan yang tidak baik ,anarkis,atau melanggar norma norma.

Empat hal diatas adalah sangat simple namun sulit dilakukan .untuk itu perlu proses latihan untuk mendapatkan hasil baik.bilamana sudah mampu melaksanakan ini maka akan mendapatkan rasa kedamain dalam diri karena tidak punya musuh ,tidak pernah iri hati dan tidak menyakiti orang ,baik secara fisik maupun verbal. diri kita akan memancarka aura yang membuat orang menjadi tertarik. secara luas kita ikut menyumbangkan bibit bibit kedamaian.


Memanipulasi ....


Manipulasi adalah hal yang cukup kejam dan sering dilakukan orang-orang demi mendapatkan apa yang diinginkan. Dan tak memungkiri bahwa di sekitar Anda ada rekan yang hobbynya adalah memanipulasi orang lain. Bagaimana sih ciri mereka?

1. Memuji Anda:
Atau menjilat , kita tahu bahwa efek dari punjian bisa merupakan sesuatu yang berbahaya bagi stabilitas mental kita, siapa sangka di balik pujian ada maksud lain, yaitu supaya Anda melakukan apa yang diinginkan. Tipe ini sering kita temui terutama mereka yang mengejar jabatan semata. Mereka akan berbuat apa saja, memuji atasan hingga ke ujung dunia agar mereka selalu diperhatikan dan diberi kenaikan jabatan. Tak jarang pujian tersebut dipermanis dengan bumbu-bumbu gosip yang menyudutkan dan menjelek-jelekan rekan lainnya. Jadi berhati-hati jika Anda mendapat pujian di kantor, apakah itu tulus atau tidak Anda bisa kok merasakannya.

2. Banyak bicara dan suka bersilat lidah:
Ini sudah dipahami dari jaman nenek moyang , bahwa tong kosong nyaring bunyinya, mereka suka bersilat lidah dan memutar balikkan kata-kata. Mereka akan berkata A dan kemudian mengubahnya menjadi B tanpa ada rasa bersalah. Seringkali ini menjadi fitnah yang akan menyebar, karena Anda dianggap tak bisa dipercaya. Bagaikan ditusuk dari belakang, rekan yang ini akan membuat Anda kebingungan dengan apa yang dikatakannya. Lain di bibir lain di hati , dan lain di depan anda lain di belakang.

3. Suka memojokan atau membuat anda merasa bersalah
Orang dengan jenis karakter seperti ini selalu berusaha membuat Anda merasa telah melakukan kesalahan. Ia akan ngomel panjang lebar soal pekerjaan Anda, kemudian berpura-pura membenarkannya padahal pekerjaan Anda sudah baik. Adu argumentasi sering ia lakukan, namun ia akan terus menekan dan membuat Anda merasa kalah.

4. Membual (mengada-ada)
Asli , semua setuju bahwa ini sifat yang amat menyebalkan, karena mereka akan berbohong dan membual demi kepercayaan kita pada mereka. Hati-hati dengan mulut manis mereka , dan perhatikan mata serta mimik muka-nya saat bicara, karena jika anda orang yg berhati tenang akan bisa menangkap kebohongan seseorang dari ekspresi wajah dan tatapan matanya

5. Pura-pura lupa
Ini salah satu karakter basi dan menyebalkan,ereka cenderung pura-pura lupa soal apa yang pernah dikatakan, dan kemudian kembali pada taktik memutar balikkan fakta. Teknik merekam juga sebaiknya Anda gunakan jika bertemu dengan orang semacam ini, apalagi jika Anda merasa Anda akan dilibatkan pada masalah yang besar. Rekam semua pembicaraan Anda dan dia. Siapa tahu bisa jadi bukti yang menyelamatkan Anda.

6. Pura-pura tidak tahu
Yang ini tak beda jauh dengan pura2 lupa pada point 6 diatas, dan keduannya cenderung mengindikasikan suatu karakter orang yang tidak bertanggung jawab, jika ketidaktahuan tersebut terhadap sesuatu yang mestinya berada dalam tanggung jawabnya, seperti yang sudah biasa kita dengar dari para badut politik di negeri ini.

Menjual sisir pada Biksu

Belajar dari sisir dan biksu

Pertanyaan : Jika perusahaan dimana anda bekerja, adalah sebuah perusahaan pembuat SISIR, memberi tugas untuk menjual sisir pada para biksu di wihara (yang semua kepalanya gundul).

Bisakah anda melakukannya? Apa jawaban anda ?

a).Tidak mungkin, itu mustahil

b).Gila

c).Aku akan sekali mencoba untuk melaksanakan instruksi bos saya

d).Baiklah, saya akan coba

e).Ya, saya pikir bisa menjualnya (5 buah, 10 buah, 50 buah atau lebih, sebutkanlah jumlahnya)

Pilih satu jawaban dan baca tulisan di bawah untuk melihat apakah pilihan anda menunjukkan anda orang yang berjiwa sukses atau tidak ?

MENJUAL SISIR PADA BIKSU

Ada sebuah perusahaan “pembuat sisir” yang ingin mengembangkan bisnisnya, sehingga management ingin merekrut seorang sales manager yang baru.

Perusahaan itu memasang IKLAN pada surat kabar. Tiap hari banyak orang yang datang mengikuti wawancara yang diadakan … jika ditotal jumlahnya hampir seratus orang hanya dalam beberapa hari.

Kini, perusahaan itu menghadapi masalah untuk menemukan calon yang tepat di posisi tersebut. Sehingga si pewawancara membuat sebuah tugas yang sangat sulit untuk setiap orang yang akan mengikuti wawancara terakhir.

Tugasnya adalah : Menjual sisir pada para biksu di wihara. Hanya ada 3 calon yang bertahan untuk mencoba tantangan di wawancara terakhir ini. (Mr. A, Mr. B, Mr. C)

Pimpinan pewawancara memberi tugas :

“Sekarang saya ingin anda bertiga menjual sisir dari kayu ini kepada para biksu di wihara. Anda semua hanya diberi waktu 10 hari dan harus kembali untuk memberikan laporan setelah itu.”

Setelah 10 hari, mereka memberikan laporan.

Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. A :

“Berapa banyak yang sudah anda jual?”

Mr. A menjawab: “Hanya SATU.”

Si pewawancara bertanya lagi : “Bagaimana caranya anda menjual?”

Mr. A menjawab: ” Para biksu di wihara itu marah-marah saat saya menunjukkan sisir pada mereka. Tapi saat saya berjalan menuruni bukit, saya berjumpa dengan seorang biksu muda – dan dia membeli sisir itu untuk menggaruk kepalanya yang gatal.”

Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. B :

“Berapa banyak yang sudah anda jual?”

Mr. B menjawab : “SEPULUH buah.”

“Saya pergi ke sebuah wihara dan memperhatikan banyak peziarah yang rambutnya acak-acakan karena angin kencang yang bertiup di luar wihara. Biksu di dalam wihara itu mendengar saran saya dan membeli 10 sisir untuk para peziarah agar mereka menunjukkan rasa hormat pada sang Buddha dgn merapikan rambut mereka.”

Kemudian, Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. C :

“Bagaimana dengan anda?”

Mr. C menjawab: “SERIBU buah!”

Si pewawancara dan dua orang pelamar yang lain terheran-heran.

Si pewawancara bertanya : “Bagaimana anda bisa melakukan hal itu?”

Mr. C menjawab:

“Saya pergi ke sebuah wihara terkenal. Setelah melakukan pengamatan beberapa hari, saya menemukan bahwa banyak turis yang datang berkunjung ke sana . Kemudian saya berkata pada biksu pimpinan wihara, ‘Sifu, saya melihat banyak peziarah yang datang ke sini. Jika sifu bisa memberi mereka sebuah cindera mata, maka itu akan lebih menggembirakan hati mereka.’ Saya bilang padanya bahwa saya punya banyak sisir dan memintanya untuk membubuhkan tanda tangan pada setiap sisir sebagai sebuah hadiah bagi para peziarah di wihara itu. Biksu pimpinan wihara itu sangat senang dan langsung memesan 1,000 buah sisir!”

MORAL DARI CERITA

Universitas Harvard telah melakukan riset, dengan hasil :
1. 85% kesuskesan itu adalah karena SIKAP dan 15% adalah karena kemampuan.
2. SIKAP itu lebih penting dari kepandaian, keahlian khusus dan keberuntungan.

Dengan kata lain, pengetahuan profesional hanya menyumbang 15% dari sebuah kesuksesan seseorang dan 85% adalah pemberdayaan diri, hubungan sosial dan adaptasi. Kesuksesan dan kegagalan bergantung pada bagaimana sikap kita menghadapi masalah.

Dalai Lama biasa berkata :

“Jika anda hanya punya sebuah pelayaran yang lancar dalam hidup, maka anda akan lemah. Lingkungan yang keras membantu untuk membentuk pribadi anda, sehingga anda memiliki nyali untuk menyelesaikan semua masalah.”

“Anda mungkin bertanya mengapa kita selalu berpegang teguh pada harapan. Ini karena harapan adalah : hal yang membuat kita bisa terus melangkah dengan mantap, berdiri teguh – dimana pengharapan hanyalah sebuah awal. Sedangkan segala sesuatu yang tidak diharapkan …. adalah hal yang akan mengubah hidup kita.”

Cerdas belum tentu pintar dan Pintar belum tentu cerdas


Orang cerdas belum tentu pintar dan orang pintar belum tentu cerdas. Istilah cerdas adalah menrujuk pada potensi bawaan lahir/bakat seseorang yang memiliki tingkat intelegensia lebih tinggi dibanding rata-rata orang atau istilah lainnya memiliki IQ yang tinggi. Sedangkan pengertian pintar adalah merujuk pada keterampilan seseorang dalam menyelesaikan suatu msalah. Atau dalam bahasa mudahnya, cerdas adalah bawaan dan pintar adalah terlatih.

Orang dengan IQ sangat tinggi pun belum tentu bisa menyelesaikan masalah yang sangat sepele jika dia tidak terlatih atau tidak memiliki pengalaman dalam hal itu.  Ini mirip dengan analogi, seorang wanita yang secara bawaan lahir memiliki paras yang cantik, tapi kalau dia tidak pandai merawat diri, baik lahir maupun bathinnya, maka wanita cantik tersebut bisa kalah cantik dan kalah menarik dengang orang yang terlahir dengan paras biasa-biasa saja tapi dia pandai merawat dirinya.

Ketahuilah ........

Perlombaan yang paling penting dalam hidup ini, adalah berlomba melawan DIRI SENDIRI